Sealalu bersyukur dengan apa yang telah saya terima atas kegagalan dan keberhasilan, dan senantiasa terus berharap untuk menjadi yang lebih baik lagi kedepannya.
Saya yakin
semuanya suka, tul gak. Walau suara gak bagus-bagus amat, tapi percayakah
menurut kita suara kita gak begitu jelek-jelek amat meskipun menurut orang gak
ada bagus-bagusnya sama sekali. Perlu diketahui seseorang minimal berdendang 2
kali dalam seharinya, berdendang itu bisa jadi bersiul, memukul-mukul
meja, menggoyangkan bagian tubuh
tertentu sesuai irama, melagukan nada tertentu tanpa kata-kata, sampai
bernyanyi dengan kata-kata.
Sifat manusia
yang mudah terangsang dengan bunyi-bunyian indah beraturan, atau kata-kata yang
berirama lah yang menyebabkan semua orang suka menyanyi, walaupun ada sebagian
yang gak suka tapi percayakah bahwa mereka pada akhirnya bernyanyi juga walau pada
tempat dan saat-saat tertentu saja, semisal di kamar mandi atau sedang
menghibur diri tanpa ada orang lain yang mendengarnya.
Kemampuan
bernyanyi setiap orang akan berbeda-beda karena disebabkan oleh beberapa
faktor,
1.Faktor
keturunan, ibu atau bapak yang suka bernyanyi akan diwariskan kepada anaknya
2.Bakat
alamiah, tidak ada yang bisa menjelaskan secara pasti alasannya, karena bakat
adalah anugrah dari tuhan. Mau keturunan atau tidak, diajari atau otodidak
kekuatan bakat tidak ada yang mengalahkan
3.Pola
asuh ketika kecil, orang tua yang suka membelikan anaknya mainan musik seperti
piano kecil, terompet, harmonika atau alam musik lain yang memiliki nada
do-re-mi-fa-sol-la-si-do dapat dipastikan anak tersebut tidak buta nada ketika
dewasa nanti sehingga mampu menyesuaikan suaranya dengan nada yang terdengar.
4.Les
atau belajar secara khusus ketika anak-anak / dewasa teknik khusus bernyanyi
atau memainkan alat musik.
Tapi terlepas
dari itu semua kita memiliki hak untuk bernyanyi walau dengan suara yang kadang
bikin puyeng kepala yang mendengarnya.
Menangkap keadaan
seperti itu Raden Ardhian membuat sebuah aplikasi untuk berkaraoke dengan nama
LiveMIDI
LiveMIDI adalah
aplikasi berbasis android yang bekerja
sebagai player musik midi dengan fitur penampil lirik lagu serta pengaturan
instrumen musik khasnya aplikasi musik profesional berbasis windows. Dengan
aplikasi ini kita tinggal buka file berformat midi tersebut lalu memilih
instrumen mana yang boleh terus berbunyi dan mana yang tidak, sehingga instrumen
bunyi tersebut digantikan oleh suara vokal kita sambil membaca lirik yang
ditampilkan.
Aplikasi ini bisa
di unduh lewat googleplay store dengan kata pencarian “livemidi” untuk kemudian
menginstalnya.
Sedangkan untuk
lagu-lagu berformat midi anda bisa unduh pada situs-situs penyedia yang banyak
tersebebar di internet secara gratis.
Untuk lebih
mantap lagi sambungkan perangkat android anda pada speaker eksternal agar
keluaran suara lebih baik dan anda tinggal berkaroke baik memakai mic atau
sekedarnya saja.
Detil lebih lanjut mengenai aplikasi ini anda bisa menemukannya di
Perkembangan teknologi sekarang ini memunculkan banyak alternatif hiburan bagi
semua kalangan. Khususnya anak-anak sekarang ini banyak sekali pilihan permainan
yang bisa mereka dapatkan.
Dengan kemajuan teknologi,
jenis permainannya lebih ke "virtual reality" seperti Video game,
Internet dan hiburan digital lainnya. Beda dengan jaman dulu yang serba
terbatas dalam hal akses dan fasilitas, kalaupun ada harus mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit. Semisal tahun 1990, dulu gak mural loh beli mainan sekelas PS atau nintendo dan
akhirnya alternatif permainan tradisional masih jadi yang paling diminati
anak-anak tahun 90an.
Sebelum membahas
permainan apa saja yang bikin kangen tersebut, berikut saya ingin menjelaskan kelebihan dan
kekurangan dari permainan tradisional.
Kelebihan Permainan
Tradisional
1. Mudah dimainkan,
permainannya simple, tidak
banyak aturan-aturan yang rumit dan
tidak ada peralatan khusus untuk memainkannya
2. Siapa saja boleh
main, baik anak-anak ataupun dewasa boleh memainkannya
3. Melatih fisik dan
mental, permainan tradisional memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda
dengan olah raga, mengandalkan ketahanan fisik dan membutuhkan strategi untuk
menang.
4. Melatih kerjasama
antar teman, permainan tradisional umumnya dimainkan secara berkelopok dimana
untuk memenangkan permainan butuh kerjasama setiap anggotanya.
5. Solidaritas dan
sportifitas, dalam permainan tradisional dilatih untuk saling menghargai,
saling dukung, menghormati pemenang dan menerima kekalahan.
Kekurangan Permainan
Tradisional
1. Butuh tempat yang
luas, semisal lapangan, halaman rumah yang luas.
2. Butuh pemain yang
banyak, minimal dibutuhkan 3
atau lebih pemain agar dapat memainkannya
3. Melelahkan, karena permainan ini rata-rata
lebih mengandalkan kemampuan fisik, berlari, menangkap, mencari, dll
4. Rawan bahaya,
kesederhanaan permainan ini kadang mengabaikan faktor keselamatan, semisal
tidak pakai alas kaki, melemparkan benda tertentu yang beresiko terkena anggota
tubuh, berlari dan bersembunyi di tempat yang tidak semestinya.
5. Kotor, biasanya
permainan tradisional dilakukan di tanah tanpa alas kaki, menggunakan alat yang kotor dan mengabaikan
faktor-faktor kebersihan.
Tapi yang pasti adalah masa kanak-kanak saya dulu seru sekali sampai kadang lupa waktu ketika bermain.
Berikut ini 5 permainan
tradisional yang paling membuat
kangen masa kecil kita dulu khususnyatahun 80an dan 90an di daerah Banten dan Jawabarat (Sunda). Saya sudah me- ranking urutan permainan
berdasarkan tingkat kerumitan dan intensitas keseringan permainan itu
dimainkan.
1. Haharoan, Uucingan (Tangkap-Lari)
Haharoan adalah permainan yang paling sering
dimainkan baik di kampung ataupun di saekolah. Permainan ini ringan karena bisa
dimainkan oleh anak usia mulai dari 5 tahun. Efektifnya permainan ini dimainkan
oleh lebih dari 3 orang. Selain itu durasi permaianan cukup pendek karena
biasanya dilakukan pada jam istirahat atau menunggu masuk kelas/mengaji.
Dimulai dari melakukan “gambreng” dan “suit” untuk
menentukan siapa yang lari dan siapa yang menjadi pengejar “ucing”. Seorang
yang jadi “jaga” / ucing harus berusaha menangkap teman-temannya. Setelah
tertangkap maka giliran yang akan menjadi “jaga” / Ucing adalah orang yang
ditangkap tersebut. Permainan ini membutuhkan tempat yang cukup luas seperti
halaman rumah atau lapangan agar bebas berlari ke segala arah.
Tehnik yang digunakan
-Tidak
ada tehnik yang khusus ketika bermain, cukup berkonsentrasi pada target yang
akan ditangkap
-Untuk
memperseru permaianan setiap orang yang dikejar oleh ucing akan berkata “meng,
meng, minta tulang meng” dengan maksud minta dikejar.
Ragam
permaianan Haharoan
-Haroan
Dongko (jongkok) : Ucing akan berhenti mengejar lawan ketika lawan tiba-tiba
jongkok, dan mencari lawan lain yang tidak jongkok. Jika disatu saat lawan
dalam keadaan jongkok semua maka yang paling jongkok terakhir akan menjadi
“jaga” / ucing secara otomatis
-Haroan
Dua (Berpasangan) : cara bermain sama namun setiap pemain berpasangan dengan
memegang sejenis tongkat pendek atau tali yang harus tetap mereka pegang selama
permaianan berlangsung (tetap terhubung), jika salah satunya melepaskan
pegangan itu (terpisah) maka akan “paeh” (gugur) dan dipastikan akan menjadi
“jaga” / ucing. Haroan dua memiliki durasi waktu panjang dan jarak lari yang
luas sampai kepelosok kampung.
2.
Jajambalan
Jajambalan
adalah kombinasi antara startegi bersembunyi dan mempertahankan area kekuasaan.
Permainan ini membutuhkan sebuah “tiang” sebagai tempat yang harus di jaga. Jika
ia ingin terbebas dari tugasnya menjaga “tiang” itu maka dia harus menjalankan
kewajibannya menyelamatkan tiang itu dari sentuhan tangan lawan sambil
menggugurkan lawan satu persatu dengan mencari dan melihatnya dari tempat
persembunyiannya.
Pertama,
sekelompok (3 atau lebih) anak menentukan “tiang” yang akan menjadi tempat
sentuh, lalu melakukan “gambreng” dan “suit” untuk menentukan siapa yang akan
menjadi “jaga”.
Seorang
yang menjadi “jaga” akan menghitung 1 sampai 10 sebanyak 5 sampai 10 kali
(jumlah 50 – 100), “ji, wa, lu, pat, ma, nep, juh, pan, lan ,luh” sembari
menutup matanya di “tiang” tersebut, selama itu pula lawan akan bersembunyi
pada jarak yang tidak terlalu jauh dari “tiang” (radius 10-30 meter).
Setelah
itu “jaga” harus berusaha mempertahankan “tiang” dari sentuhan lawan yang
sedang bersembunyi tersebut. Juga harus mencari setiap orang yang bersembunyi
dan melihatnya sambil menyebut namanya lalu kembali lagi menyentuh “tiang”
sambil berkata “Jambal..!” sebagai bukti lawan sudah tidak memiliki hak
bersembunyi “paeh”. Jika ditengah permainan ada lawan yang menyentuh “tiang”
sembari berseru “jambal”, maka artinya “jaga” tidak bisa mempertahankan “tiang”
dari sentuhan lawan, lawan yang tadinya sudah tertangkap oleh “jaga” pun memilki
hak untuk bersembunyi kembali.
Sampai
akhirnya pada kondisi dimana lawan sudah tertangkap semua maka orang yang
pertama tertangkap harus menjadi “jaga” terhadap tiang tersebut (giliran).
Aturan
dan kondisi-kondisi yang biasa terjadi
-“jaga”
harus berwaspada ketika sedang mencari persembunyian lawan, karena bisa saja
lawan muncul dari belakang dan “tiang” disentuh oleh lawan. Jika keadaan ini
terus menerus terjadi dengan orang
“jaga” yang sama maka keadaan ini disebut “di-kere”, lelucon ini di berikan
untuk “jaga” yang terlalu lemah dalam menjaga “tiang” tersebut. “kere, keredok,
dikere sampe medok” adalah nyanyian lawan pada “jaga” jika keadaan demikian
terjadi.
-Jika
suatu keadaan dimana ketika “jaga” salah menyebutkan nama lawan dalam
persembunyian, maka lawan memiliki hak untuk bersembunyi kembali dengan berseru
“aseum” yang maksudnya “salah orang”
-Tidak
ada strategi terencana yang dibuat lawan untuk membuat “jaga” tak berdaya
karena setiap lawan adalah individu yang bebas menentukan tempat persembunyian
secara sendiri, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sampai
memutuskan untuk menyentuh atau tidak “tiang” yang dijaga sembari berseru
“jambal ... !” tersebut.
3. Kakancasan
Susunan potongan genteng/keramik yang dibentuk
bulat sejumlah 10-12 keping harus dijaga oleh seorang yang menjadi “jaga” agar
tidak di robohkan oleh lawan. Seperti hal nya Jajambalan, kakancasan adalah
permainan strategi antara bersembunyi dan menjaga benda kesayangan dari tangan
jahil yang merusak.
Ketentuan permainan hampir sama dengan jajambalan
namun yang membedakan adalah
-menghitung
1- 10 digantikan dengan menyusun kepingan genteng yang sebelumnya dihancurkan
memakai sebongkah bata yang dilempar dari jarak tertentu oleh salah satu pemain
-Seruan
“kancas” harus di lakukan ketika “jaga” menangkap/melihat lawan dari kejauhan
dengan menyebutkan nama lawan tersebut sambil menginjak sebongkah batu bata
sebagai kedudukannya
-Bila
dalam jajambalan yang dijaga adalah sebuah tiang, maka dalam kakancasan adalah susunan
keping genteng atau keramik dan sejenisnya yang dibentuk bulat kecil lalu disusun piramidal ke atas sebanyak 10 –
12 keping lalu dijaga agar tidak di robohkan lawan.
Tehnik yang digunakan hampir sama dengan
Jajambalan.
4. Susumputan / Sasamunian (Petak Umpet)
Sekelompok orang yang
menjadi "jaga" akan mencari kelompok lawan yang bersembunyi di tempat yang sesulit mungkin untuk
diketahui, tapi jangkauannya masih area satu kampung saja.
Ketentuan Permainan
Pertama membagi
kelompok kedalam 2 tim dan
memilih ketua yang selanjutnya disebut "Indung"
dan anggota disebut
"anak buah" cara memilih nya bisa dengan "gambreng" dan
"suit"
Setelah kedua tim terbentuk Ketua masing-masing
tim “indung” sebagai perwakilan anggota melakukan “suit” untuk menentukan tim
mana yang terlebih dahulu akan bersembunyi. Yang menang akan dipersilahkan
bersembunyi dimana saja serahasia mungkin tapi dalam radius sampai perbatasan
kampung saja, sedangkanan Tim yang “jaga” menunggu isyarat selanjutnya dari tim
yang sedang bersembunyi. Jika sudah menemukan tempat persembunyian “Indung”
sebagai ketua kelompok meneriakan “Siaaaaapp” di kejauhan sehingga kelompok
yang “jaga” mulai berusaha untuk mencari. Jika ketemu dan salah satu anggota kelompok
yang bersembunyi ditangkap oleh “jaga” maka giliran bersembunyi menjadi hak
kelompok yang menangkap.
Aturan
dan Kondisi-kondisi yang biasa terjadi
-Kelompok
yang “Jaga” mencari dengan cara berpencar (Tidak bergerombol) hal tersebut agar
memudahkan pencarian kesegala arah
-Kelompok
yang bersembunyi bisa bersembunyi diatas pohon, didalam kebun bahkan di kandang
ayam sekalipun
-Ketua
kelompok “Indung” bisa melakukan startegi mengecoh lawan dengan
berpindah-pindah tempat dan berteriak seolah semua anggotanya sudah berpindah
tempat persembunyian
Hal yang
tidak boleh dilakukan dalam permainan ini adalah bersembunyi di dalam rumah.
Jika dilakukan maka anggota “jaga” akan meneriakan “keok” yang artinya
pecundang.
Permainan ini lazimnya dilakukan malam hari dalam
cuaca cerah.
5.
Bebentengan
Dua
kelompok saling mempertahankan benteng kerajaannya masing-masih, strategi
menyerang dan mengumpulkan tawanan akan memudahkan kelompok untuk mengalahkan
benteng lawannya. Kelompok yang kalah harus menggendong kelompok yang menang
menuju benteng asalnya.
Ketentuan
permainan
Kelompok
dibagi menjadi 2 tim, setiap tim mempersiapkan sebongkah batu bata yang akan
dijadikan benteng. Selanjutnya mengatur jarak benteng antara 10-15 meter dari
benteng lawan, biasanya jarak benteng satu ke benteng lain disesuaikan dengan
panjang lapangan atau area yang dijadikan tempat bermain.
Setiap
tim menentukan ketua “indung” untuk melakukan “suit” dimana yang menang adalah
yang akan menyerang duluan.
Setiap
anggota Tim harus melakukan “injak benteng” (bongkahan batu bata) miliknya sebelum
menyerang benteng lawan. Untuk memulai menyerang/memancing lawan untuk
menyerang balik.
Mekanisme
mendapatkan tawanan adalah sebagai berikut :
Setiap
anggota tim masing-masing bebas menyerang benteng lawan namun harus sadar bahwa
dia akan dikejar lawannya untuk kemudian dikejar kembali oleh teman satu tim
lainnya (pancingan), jika tertangkap melalui mekanisme ini maka anggota tim
tersebut menjadi tawanan. Tawanan bisa dibebaskan dengan cara di jemput oleh
teman satu tim nya, menyentuh tangan temannya sambil berkata “bebas” tetapi
tetap waspada menghindar dari kejaran lawannya. Semakin banyak tawanan yang
dimiliki maka semakin mudah menguasai benteng lawan. Permainan akan dimenangkan
oleh salah satu tim jika anggota tim menguasai benteng lawan dengan cara
menginjak benteng tim lawan tersebut.
Aturan
dan Kondisi-kondisi yang biasa terjadi,
-Kerjasama
antar anggota tim sangat dibutuhkan, biasanya seorang ketua memilih anggota tim
yang memiliki kemampuan lari dan menghindar yang jago sebelum dilakukan
permainan ini. Namun untuk menyeimbangkan permainan biasanya komposisi tim
terdiri dari anak-anak yang jago dan anak-anak yang biasa saja sehingga laju
permainan menjadi seru dan mengasyikan.
-Setiap
anggota yang maju duluan akan dikejar oleh lawan untuk selanjutnya anggota
tersebut kembali menginjak benteng miliknya agar bisa merubah peran sebagai
pengejar, begitu seterusnya.
-Tehnik
memancing lawan agar keluar dari bentengnya butuh strategi khusus, seperti
menjebak lawan lalu mengejarnya sampai dapat, untuk kemudian menjadi tawanan.
Penjelasan
“gambreng”
Gambreng
adalah alat/cara yang dilakukan oleh para pemain sebelum permaian dimulai untuk
menentukan siapa yang akan menjadi “jaga”. Caranya dengan menggoyang
(mengibaskan) salah satu tangan sambil mengatakan
"hompimpa alaihum gambreng" atau didaerah saya Banten cukup
mengatakan "yang sedikit menang" sambil menunjukan belahan tangan
atas atau bawah di ujung kata
tersebut. Jika sebagian kecil orang menunjukan belahan tangan yang beda maka akan tersisih menjadi pemenang, sedangkan
orang yang paling terakhir melakukan "gambreng" ini maka dipastikan akan
menjadi "jaga" nanti.
Penjelasan
“suit”
Suit
adalah alat/cara menentukan “jaga” tingkat akhir setelah gambreng. Jika hasil
gambreng menyisihkan 2 pemain lagi, maka suit dilakukan pada kedua orang
tersebut. Cara suit adalah dengan menyembunyikan tangan terlebih dahulu lalu
menyebut kata “suit” sambil menunjukan bagian jari-jari tangan tertentu secara
acak. Ada tiga jari yang bisa diikutkan dalam suit, yaitu Jempol, Telunjuk dan
Kelingking. Jempol lebih unggul dari telujuk tapi kalah oleh kelingking,
Telunjuk lebih unggul dari kelingking tapi kalah oleh jempol, dan kelingking
lebih unggul dari jempol tapi kalah oleh telunjuk, begitu peraturannya.
Suit di
beberapa daerah memiliki mekanisme berbeda. Ada yang menggunakan mekanisme
batu, gunting, kertas dengan ketentuan: kepalan tangan sebagai batu, tangan
yang melebar sebagai kertas dan jari membentuk capit sebagai gunting. Batu
lebih unggul dari gunting tapi kalah oleh kertas, kertas lebih unggul dari batu
tapi kalah oleh gunting dan gunting lebih unggul dari kertas tapi kalah oleh
batu.
Sebenarnya masih banyak lagi permainan tradisional
jaman dulu yang membuat kita kangen masa anak-anak dulu. Tapi 5 permainan tadi
yang paling sering dimainkan dan memiliki nilai positif seperti, melatih fisik
dan mental, solidaritas dan kerjasama, strategi dan kepemimpinan. Ada juga permainan
jaman dulu yang lebih ringan dan lebih kepada mengasah keterampilan dan otak yang
mungkin akan saya bahas di bagian ke 2 artikel ini.
Ada banyak cerita yang terlewat untuk diceritakan, ada juga cerita yang belum kita alami dan mungkin akan. Mengenang dan menghayal adalah dua ujung anak panah yang saling mengarah berlawanan arah, Maka jika apa yang kamu alami dulu sepenting masa depan mu, isilah hayalanmu se "muluk" mungkin agar energi mu meng-arus kesana.