Thursday, April 18, 2013

5 PERMAINAN TRADISIONAL YANG BIKIN KANGET MASA KECIL TAHUN 90an

Perkembangan teknologi sekarang ini memunculkan banyak alternatif hiburan bagi semua kalangan. Khususnya anak-anak sekarang ini banyak sekali pilihan permainan yang bisa mereka dapatkan. Dengan kemajuan teknologi, jenis permainannya lebih ke "virtual reality" seperti Video game, Internet dan hiburan digital lainnya. Beda dengan jaman dulu yang serba terbatas dalam hal akses dan fasilitas, kalaupun ada harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Semisal tahun 1990, dulu gak mural loh beli mainan sekelas PS atau nintendo dan akhirnya alternatif permainan tradisional masih jadi yang paling diminati anak-anak tahun 90an.

Sebelum membahas permainan apa saja yang bikin kangen tersebut, berikut saya ingin menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari permainan tradisional.

Kelebihan Permainan Tradisional
1. Mudah dimainkan, permainannya simple, tidak banyak aturan-aturan yang rumit dan tidak ada peralatan khusus untuk memainkannya
2. Siapa saja boleh main, baik anak-anak ataupun dewasa boleh memainkannya
3. Melatih fisik dan mental, permainan tradisional memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan olah raga, mengandalkan ketahanan fisik dan membutuhkan strategi untuk menang.
4. Melatih kerjasama antar teman, permainan tradisional umumnya dimainkan secara berkelopok dimana untuk memenangkan permainan butuh kerjasama setiap anggotanya.
5. Solidaritas dan sportifitas, dalam permainan tradisional dilatih untuk saling menghargai, saling dukung, menghormati pemenang dan menerima kekalahan. 

Kekurangan Permainan Tradisional
1. Butuh tempat yang luas, semisal lapangan, halaman rumah yang luas.
2. Butuh pemain yang banyak, minimal dibutuhkan 3 atau lebih pemain agar dapat memainkannya
3. Melelahkan, karena permainan ini rata-rata lebih mengandalkan kemampuan fisik, berlari, menangkap, mencari, dll
4. Rawan bahaya, kesederhanaan permainan ini kadang mengabaikan faktor keselamatan, semisal tidak pakai alas kaki, melemparkan benda tertentu yang beresiko terkena anggota tubuh, berlari dan bersembunyi di tempat yang tidak semestinya.
5. Kotor, biasanya permainan tradisional dilakukan di tanah tanpa alas kaki, menggunakan alat yang kotor dan mengabaikan faktor-faktor kebersihan.

Tapi yang pasti adalah masa kanak-kanak saya dulu seru sekali sampai kadang lupa waktu ketika bermain.

Berikut ini 5 permainan tradisional yang paling membuat kangen masa kecil kita dulu khususnya tahun 80an dan 90an di daerah Banten dan Jawabarat (Sunda). Saya sudah me- ranking urutan permainan berdasarkan tingkat kerumitan dan intensitas keseringan permainan itu dimainkan.

1. Haharoan, Uucingan (Tangkap-Lari)
Haharoan adalah permainan yang paling sering dimainkan baik di kampung ataupun di saekolah. Permainan ini ringan karena bisa dimainkan oleh anak usia mulai dari 5 tahun. Efektifnya permainan ini dimainkan oleh lebih dari 3 orang. Selain itu durasi permaianan cukup pendek karena biasanya dilakukan pada jam istirahat atau menunggu masuk kelas/mengaji.
Dimulai dari melakukan “gambreng” dan “suit” untuk menentukan siapa yang lari dan siapa yang menjadi pengejar “ucing”. Seorang yang jadi “jaga” / ucing harus berusaha menangkap teman-temannya. Setelah tertangkap maka giliran yang akan menjadi “jaga” / Ucing adalah orang yang ditangkap tersebut. Permainan ini membutuhkan tempat yang cukup luas seperti halaman rumah atau lapangan agar bebas berlari ke segala arah.



Tehnik yang digunakan
-          Tidak ada tehnik yang khusus ketika bermain, cukup berkonsentrasi pada target yang akan ditangkap
-          Untuk memperseru permaianan setiap orang yang dikejar oleh ucing akan berkata “meng, meng, minta tulang meng” dengan maksud minta dikejar.

Ragam permaianan Haharoan
-          Haroan Dongko (jongkok) : Ucing akan berhenti mengejar lawan ketika lawan tiba-tiba jongkok, dan mencari lawan lain yang tidak jongkok. Jika disatu saat lawan dalam keadaan jongkok semua maka yang paling jongkok terakhir akan menjadi “jaga” / ucing secara otomatis
-          Haroan Dua (Berpasangan) : cara bermain sama namun setiap pemain berpasangan dengan memegang sejenis tongkat pendek atau tali yang harus tetap mereka pegang selama permaianan berlangsung (tetap terhubung), jika salah satunya melepaskan pegangan itu (terpisah) maka akan “paeh” (gugur) dan dipastikan akan menjadi “jaga” / ucing. Haroan dua memiliki durasi waktu panjang dan jarak lari yang luas sampai kepelosok kampung.

2. Jajambalan
Jajambalan adalah kombinasi antara startegi bersembunyi dan mempertahankan area kekuasaan. Permainan ini membutuhkan sebuah “tiang” sebagai tempat yang harus di jaga. Jika ia ingin terbebas dari tugasnya menjaga “tiang” itu maka dia harus menjalankan kewajibannya menyelamatkan tiang itu dari sentuhan tangan lawan sambil menggugurkan lawan satu persatu dengan mencari dan melihatnya dari tempat persembunyiannya.



Pertama, sekelompok (3 atau lebih) anak menentukan “tiang” yang akan menjadi tempat sentuh, lalu melakukan “gambreng” dan “suit” untuk menentukan siapa yang akan menjadi “jaga”.
Seorang yang menjadi “jaga” akan menghitung 1 sampai 10 sebanyak 5 sampai 10 kali (jumlah 50 – 100), “ji, wa, lu, pat, ma, nep, juh, pan, lan ,luh” sembari menutup matanya di “tiang” tersebut, selama itu pula lawan akan bersembunyi pada jarak yang tidak terlalu jauh dari “tiang” (radius 10-30 meter).
Setelah itu “jaga” harus berusaha mempertahankan “tiang” dari sentuhan lawan yang sedang bersembunyi tersebut. Juga harus mencari setiap orang yang bersembunyi dan melihatnya sambil menyebut namanya lalu kembali lagi menyentuh “tiang” sambil berkata “Jambal..!” sebagai bukti lawan sudah tidak memiliki hak bersembunyi “paeh”. Jika ditengah permainan ada lawan yang menyentuh “tiang” sembari berseru “jambal”, maka artinya “jaga” tidak bisa mempertahankan “tiang” dari sentuhan lawan, lawan yang tadinya sudah tertangkap oleh “jaga” pun memilki hak untuk bersembunyi kembali.
Sampai akhirnya pada kondisi dimana lawan sudah tertangkap semua maka orang yang pertama tertangkap harus menjadi “jaga” terhadap tiang tersebut (giliran).

Aturan dan kondisi-kondisi yang biasa terjadi
-          “jaga” harus berwaspada ketika sedang mencari persembunyian lawan, karena bisa saja lawan muncul dari belakang dan “tiang” disentuh oleh lawan. Jika keadaan ini terus menerus terjadi dengan orang  “jaga” yang sama maka keadaan ini disebut “di-kere”, lelucon ini di berikan untuk “jaga” yang terlalu lemah dalam menjaga “tiang” tersebut. “kere, keredok, dikere sampe medok” adalah nyanyian lawan pada “jaga” jika keadaan demikian terjadi.
-          Jika suatu keadaan dimana ketika “jaga” salah menyebutkan nama lawan dalam persembunyian, maka lawan memiliki hak untuk bersembunyi kembali dengan berseru “aseum” yang maksudnya “salah orang”
-          Tidak ada strategi terencana yang dibuat lawan untuk membuat “jaga” tak berdaya karena setiap lawan adalah individu yang bebas menentukan tempat persembunyian secara sendiri, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sampai memutuskan untuk menyentuh atau tidak “tiang” yang dijaga sembari berseru “jambal ... !” tersebut.


3. Kakancasan
Susunan potongan genteng/keramik yang dibentuk bulat sejumlah 10-12 keping harus dijaga oleh seorang yang menjadi “jaga” agar tidak di robohkan oleh lawan. Seperti hal nya Jajambalan, kakancasan adalah permainan strategi antara bersembunyi dan menjaga benda kesayangan dari tangan jahil yang merusak.




Ketentuan permainan hampir sama dengan jajambalan namun yang membedakan adalah
-          menghitung 1- 10 digantikan dengan menyusun kepingan genteng yang sebelumnya dihancurkan memakai sebongkah bata yang dilempar dari jarak tertentu oleh salah satu pemain
-          Seruan “kancas” harus di lakukan ketika “jaga” menangkap/melihat lawan dari kejauhan dengan menyebutkan nama lawan tersebut sambil menginjak sebongkah batu bata sebagai kedudukannya
-          Bila dalam jajambalan yang dijaga adalah sebuah tiang, maka dalam kakancasan adalah susunan keping genteng atau keramik dan sejenisnya yang dibentuk bulat kecil  lalu disusun piramidal ke atas sebanyak 10 – 12 keping lalu dijaga agar tidak di robohkan lawan.

Tehnik yang digunakan hampir sama dengan Jajambalan.

4. Susumputan / Sasamunian (Petak Umpet)
Sekelompok orang yang menjadi "jaga" akan mencari kelompok lawan yang bersembunyi di tempat yang sesulit mungkin untuk diketahui, tapi jangkauannya masih area satu kampung saja. 



Ketentuan Permainan
Pertama membagi kelompok kedalam 2 tim dan memilih ketua yang selanjutnya disebut "Indung"
dan anggota disebut "anak buah" cara memilih nya bisa dengan "gambreng" dan "suit"
Setelah kedua tim terbentuk Ketua masing-masing tim “indung” sebagai perwakilan anggota melakukan “suit” untuk menentukan tim mana yang terlebih dahulu akan bersembunyi. Yang menang akan dipersilahkan bersembunyi dimana saja serahasia mungkin tapi dalam radius sampai perbatasan kampung saja, sedangkanan Tim yang “jaga” menunggu isyarat selanjutnya dari tim yang sedang bersembunyi. Jika sudah menemukan tempat persembunyian “Indung” sebagai ketua kelompok meneriakan “Siaaaaapp” di kejauhan sehingga kelompok yang “jaga” mulai berusaha untuk mencari. Jika ketemu dan salah satu anggota kelompok yang bersembunyi ditangkap oleh “jaga” maka giliran bersembunyi menjadi hak kelompok yang menangkap.

Aturan dan Kondisi-kondisi yang biasa terjadi
-          Kelompok yang “Jaga” mencari dengan cara berpencar (Tidak bergerombol) hal tersebut agar memudahkan pencarian kesegala arah
-          Kelompok yang bersembunyi bisa bersembunyi diatas pohon, didalam kebun bahkan di kandang ayam sekalipun
-          Ketua kelompok “Indung” bisa melakukan startegi mengecoh lawan dengan berpindah-pindah tempat dan berteriak seolah semua anggotanya sudah berpindah tempat persembunyian

Hal yang tidak boleh dilakukan dalam permainan ini adalah bersembunyi di dalam rumah. Jika dilakukan maka anggota “jaga” akan meneriakan “keok” yang artinya pecundang.
Permainan ini lazimnya dilakukan malam hari dalam cuaca cerah.

5. Bebentengan
Dua kelompok saling mempertahankan benteng kerajaannya masing-masih, strategi menyerang dan mengumpulkan tawanan akan memudahkan kelompok untuk mengalahkan benteng lawannya. Kelompok yang kalah harus menggendong kelompok yang menang menuju benteng asalnya.



Ketentuan permainan
Kelompok dibagi menjadi 2 tim, setiap tim mempersiapkan sebongkah batu bata yang akan dijadikan benteng. Selanjutnya mengatur jarak benteng antara 10-15 meter dari benteng lawan, biasanya jarak benteng satu ke benteng lain disesuaikan dengan panjang lapangan atau area yang dijadikan tempat bermain.
Setiap tim menentukan ketua “indung” untuk melakukan “suit” dimana yang menang adalah yang akan menyerang duluan.
Setiap anggota Tim harus melakukan “injak benteng” (bongkahan batu bata) miliknya sebelum menyerang benteng lawan. Untuk memulai menyerang/memancing lawan untuk menyerang balik.

Mekanisme mendapatkan tawanan adalah sebagai berikut :
Setiap anggota tim masing-masing bebas menyerang benteng lawan namun harus sadar bahwa dia akan dikejar lawannya untuk kemudian dikejar kembali oleh teman satu tim lainnya (pancingan), jika tertangkap melalui mekanisme ini maka anggota tim tersebut menjadi tawanan. Tawanan bisa dibebaskan dengan cara di jemput oleh teman satu tim nya, menyentuh tangan temannya sambil berkata “bebas” tetapi tetap waspada menghindar dari kejaran lawannya. Semakin banyak tawanan yang dimiliki maka semakin mudah menguasai benteng lawan. Permainan akan dimenangkan oleh salah satu tim jika anggota tim menguasai benteng lawan dengan cara menginjak benteng tim lawan tersebut.

Aturan dan Kondisi-kondisi yang biasa terjadi,
-          Kerjasama antar anggota tim sangat dibutuhkan, biasanya seorang ketua memilih anggota tim yang memiliki kemampuan lari dan menghindar yang jago sebelum dilakukan permainan ini. Namun untuk menyeimbangkan permainan biasanya komposisi tim terdiri dari anak-anak yang jago dan anak-anak yang biasa saja sehingga laju permainan menjadi seru dan mengasyikan.
-          Setiap anggota yang maju duluan akan dikejar oleh lawan untuk selanjutnya anggota tersebut kembali menginjak benteng miliknya agar bisa merubah peran sebagai pengejar, begitu seterusnya.
-          Tehnik memancing lawan agar keluar dari bentengnya butuh strategi khusus, seperti menjebak lawan lalu mengejarnya sampai dapat, untuk kemudian menjadi tawanan.

Penjelasan “gambreng”
Gambreng adalah alat/cara yang dilakukan oleh para pemain sebelum permaian dimulai untuk menentukan siapa yang akan menjadi “jaga”. Caranya dengan menggoyang (mengibaskan) salah satu tangan sambil mengatakan "hompimpa alaihum gambreng" atau didaerah saya Banten cukup mengatakan "yang sedikit menang" sambil menunjukan belahan tangan atas atau bawah di ujung kata tersebut. Jika sebagian kecil orang menunjukan belahan tangan yang beda maka akan tersisih menjadi pemenang, sedangkan orang yang paling terakhir melakukan "gambreng" ini maka dipastikan akan menjadi "jaga" nanti.



Penjelasan “suit”
Suit adalah alat/cara menentukan “jaga” tingkat akhir setelah gambreng. Jika hasil gambreng menyisihkan 2 pemain lagi, maka suit dilakukan pada kedua orang tersebut. Cara suit adalah dengan menyembunyikan tangan terlebih dahulu lalu menyebut kata “suit” sambil menunjukan bagian jari-jari tangan tertentu secara acak. Ada tiga jari yang bisa diikutkan dalam suit, yaitu Jempol, Telunjuk dan Kelingking. Jempol lebih unggul dari telujuk tapi kalah oleh kelingking, Telunjuk lebih unggul dari kelingking tapi kalah oleh jempol, dan kelingking lebih unggul dari jempol tapi kalah oleh telunjuk, begitu peraturannya.


Suit di beberapa daerah memiliki mekanisme berbeda. Ada yang menggunakan mekanisme batu, gunting, kertas dengan ketentuan: kepalan tangan sebagai batu, tangan yang melebar sebagai kertas dan jari membentuk capit sebagai gunting. Batu lebih unggul dari gunting tapi kalah oleh kertas, kertas lebih unggul dari batu tapi kalah oleh gunting dan gunting lebih unggul dari kertas tapi kalah oleh batu.

Sebenarnya masih banyak lagi permainan tradisional jaman dulu yang membuat kita kangen masa anak-anak dulu. Tapi 5 permainan tadi yang paling sering dimainkan dan memiliki nilai positif seperti, melatih fisik dan mental, solidaritas dan kerjasama, strategi dan kepemimpinan. Ada juga permainan jaman dulu yang lebih ringan dan lebih kepada mengasah keterampilan dan otak yang mungkin akan saya bahas di bagian ke 2 artikel ini.

Sumber Gambar : dari berbagai sumber

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com