Saturday, October 11, 2014

SEPENGGAL KISAH CINTA

Sampaikan salamku pada wanita idamanku
"Jika aku menemukanmu, itu adalah takdir Allah, maka berpisah denganmu juga adalah rencana-Nya" 

 7 Oktober 2013 
"Dear pemilik hati, aku bisikan perasaan kagum darimu kepada seseorang yang sekarang engkau tatap berulang-ulang, mungkin bukan cinta, tapi rasa kagum yang bisa berkembang kearah cinta, simpan itu dan kelak jika jodoh bertemu bukan tidak mungkin dia adalah perhiasanmu" 

 Ada malaikat berbisik siang itu, ketika melihat seorang perempuan sedang bersujud disebuah mushola kecil di sela acara perhelatan akbar kampusku. mukanya bersinar dalam balutan mukena yang biasa ia kenakan untuk menghadap Allah. Ingin rasanya memanggil kawanku dan mengungkapkan kekaguman itu padanya sehingga kawanku itu menilai juga apa yang aku rasakan. Tapi ahh.. ya sudahlah biar jadi peresaan terpendam diriku saja yang mungkin kelak akan aku langsung ungkapkan pada wanita dibalik mukena itu. Pemalu itu sulit mengungkapkan perasaan, atau jaimnya level 15, tapi diriku ada di level 10 deh untuk urusan jaim dan pemalu (gak parah-parah amat maksudnya) tapi pemalu ya tetep pemalu, dan kelemahanku akan hilang jika sitkon nya berbeda, dalam artian aku akan menjadi berani "sekali" jika situasi memungkinkan untuk itu. Sama halnya tenrtang mengungkapkan perasaan pada seseorang, dalam kasus ini aja pengungkapan perasaannya "delay" 9 bulan lebih. Tapi itu hebatnya proses menemukan cinta, I don't know what does it mean, yang jelas cinta yang aku alami bukan cinta biasa (afgan kali ahhh). 

Memilih itu selalu terasa sulit bagiku, apalagi memilih seorang pendamping hidup for a life time, make sure I love her, know her much, and of course she should be know all of my term and condition too (hehe... klaim garansi kali ahhh). Cinta itu sulit dipaksakan sumpah, terlebih bagi diriku yang banyak sekali berfikir panjang tentang masa depan. Deskripsi cinta itu bukan lagi "you love me and I love you", "I jump you jump" atau "love us just the way we are", kata-kata "muna" yang tadi hanya ada di masa-masa cinta monyet SMP-SMA, yang lagi deras-derasnya mengumbar kemesraan dan puisi romantis. Nah sekarang, kedewasaan itu menghampiri diriku yang sudah terlanjur "berdakwah" didepan puluhan anak muda peserta paket B dan C tentang konsep kedewasaan. 

 Banyak dari kita lebih mementingkan status dibandingkan proses dan kualitas dari status itu, maka dari itu mindset generasi muda Indonesia digiring pada keadaan ideal yang gak "prinsipil", contohnya: "Idealnya umur "segini" kan udah harus menikah, terus ada yang udah nikah songongnya minta ampun pake nanya "kapan nyusul?" atau "Truk aja gandengan masa lu engga", efek domino ini didasarkan pada budaya lokal orang indonesia yang "ikut-ikutan", orang punya motor, ikut-ikutan kredit motor. orang punya HP merek tertentu, ikut-ikutan beli merek tertentu, dan hukuman bagi orang yang tidak ikut-ikutan yaaaa pasti rasa malu atau "unwrited social punishment" (hukum sosial tidak tertulis) seperti merasa canggung, gugup, kurang PD, dipermalukan, dan sebagainya. Kalau di Ilmu komunikasi banyak istilah seperti “banwagon effect”, “domino effect”, “hypodermic needle”, atau “spiral of silent” dimana peran orang-orang sekitar atau peran media massa menjadi pengendali sikap dan mental seseorang, dan kalau gak sama dengan apa yang mereka utarakan maka hukumannya akan merasa “dipermalukan” itu. Tapi sodara-sodara, aku nampaknya bukan seperti kebanyakan warga Indonesia, yang terpengaruh efek domino dari teman-teman yang lain, melawan trend itu sebuah hobi yang sulit dijelaskan, intinya gak mau "nyama-nyamain" dengan orang lain. Dulu saja contohnya, orang mati-matian membela Merek HP NO**A itu lebih awet dan tahan rusak dibandingkan merek lain, tapi kenyataannya setiap tempat service HP yang aku kunjungi pada saat itu kebanyakan yang mereka service adalah yang bermerek HP NO**A tersebut. Yang lebih umum lagi dalam hal merokok, kayaknya anak laki-laki kalau belum merokok belum disebut anak laki-laki, padahal nyata-nyatanya anak muda kita sedang mengalami krisis identitas yang turun-temurun dan entah kapan berakhirnya. Ini baru contoh kecil ya broo, contoh mindset yang salah lain masih banyak loh, silahkan di cari sendiri. 

Anak muda, tidak merokok, jalan kaki ke tempat kerja, memakai sepedah, buang sampah pada tempatnya, peduli lingkungan, rajin olah raga, mungkin mayoritasnya hanya ada di negara-negara barat atau eropa yang tingkat pendidikan dan pemahaman nya sudah menjangkau ke arah itu. Nah kita Indonesia? Jauh yahhh.... jangan disamakan ya... karena memang berbeda budaya. Nah terus budaya kita apa? Rajin merokok, nyampah, selingkuh, kredit gak lunas-lunas sampai korupsi... dan sebagainya, itu kah budaya kita. Mending ganti topik deh males bahasnya. So, aku menikmati proses, menghargai dan memberi nilai terhadap proses itu. Berkenalan, mengenali prinsip dan visi hidup satu sama lain adalah importan part before goes to the next level of the relationship. dan itu butuh waktu yang lumayan panjang. syukurlah tidak ada takaran baku untuk memilih pasangan, karena perasaan, hati dan sex appeal itu naluriah dan alamiah keluar sendiri. cantik itu relatif kan, baik juga relatif, fisik itu relatif, sikap juga, maka lebih baik memilih yang "klik" yang "sreg" yang "sehati" sehingga kekurangan kelebihan itu bisa diterima secara sukarela. Begitu juga ketika mengenal bidadari yang “satu” ini. 
Aku menanamkan konsep tersebut hanya karena ingin sekali “get 1 for everlasting”, mendapatkan satu sosok untuk selamanya, bukan untuk dinikahi dan diceraikan dikemudian hari. Maka jika kita arahkan fikiran kita kearah sana akan sulit sekali menemukan sosok ideal tersebut. Ya... salah satu caranya adalah dengan men-treatmen hubungan kita before mariage (sebelum menikah). Tapi guys maksudnya bukan juga puas-puasin berlama-lama pacaran sebelum menikah yah... itu salah besar. Yang aku maksud adalah merawat hubungan, yang namanya merawat kita ibaratkan tanaman ajah deh, butuh tanah yang baik, air yang cukup, suhu yang sesuai, pupuk yang baik, dan sebagainya. Nah inikan kita mau milih/merawat hubungan yang didalamnya ada diri sendiri dan dirinya yang notabene “manusia” loh bukan “tumbuhan” maka butuh lebih dari itu, “perasaan” itu 100% taken a control jadi tau lah maksudnya. 

Waktu ta’aruf itu ibarat malaikat Isorfil dengan sangkakala nya, jika selama kurun waktu ta’aruf tersebut dirasa banyak mudhorotnya, atau banyak egoismenya, atau keras kepala nya, ya sudahlah, malaikat Isrofil meniupkan terompet kiamat sugro pada hubungan kita. 

25 Juni 2014 
Balik ke bidadari, singkat cerita jalan bareng untuk mendapatkan momen yang tepat mengungkapkan perasaan. Prinsip aku yang percaya bahwa “easy get – easy go” bener-bener aku hindari pada hubungan ini. Aku ingin mengenalnya lebih dari dirinya mengenal dirinya sendiri. Sebelum dia menjadi pendamping hidup make sure dia acceptable terhadap kelebihan dan kekurangan aku kelak. Jadinya aku membuka diri selebar-lebarnya mengenai kehidupan pribadi, mencoba mengenal karakter kepribadiannya, kelebihan dan kekurangannya, dan gak cuma tampang dan fisik yang bisa diliat diluarnya saja. 
Kita persiapkan agenda pertemuan sesering mungkin ditengah kesibukan pekerjaan, kita bikin suasana hubungan yang saling membangun dan mendukung satu-sama lain, dan kita berhasil, progres kehidupan kami meningkat dari biasanya, yang tadinya gak punya karir menjadi memiliki karir, yang tadinya karirnya biasa-biasa saja pemasukan kami selalu bertambah, energi saling mensuport satu-sama lain memang tumbuh dan berkembang. Tapi hubungan tidak cukup hanya itu saja “its complicated” broo... pasti di dalam diri kita masing-masing masih terpendam rasa yang tidak terakomodir dengan baik. 
Pernah aku jelaskan Teori Johari Windows yang menjelaskan tentang konsep manusia menilai manusia yang lain. Didapat ada 4 jendela yang diantaranya : 1. Saya dan dia tau, 2. Hanya saya yang tau, 3. Hanya dia yang tau dan saya gak tau, 4. Diantara kita tidak mengetahuinya. Contohnya : pada suatu kesempatan saya pernah bilang bahwa saya kurang suka melihatnya memakai celana Jeans karena wanita berjilbab kurang pas jika di padupadankan dengan celana jeans, lalu dia sadar atas pakaian yang ia kenakan itu memang kurang baik dan membuat risih pasangannya, nah dalam kasus ini maka Johari window berada di no. 2 “hanya saya yang tau” dan setelahnya kita berdua menjadi tau satu-sama lain keinginan kita lalu menjadi Johari Window No. 1. Itu contoh kecil yah broo... contoh lain yang perkaranya rumit juga akan menghasilkan kerumitan juga karena ini maslah hati dan perasaan, rahasia dan karakter pribadi masing-masing. 

 Gak butuh waktu lama memang saling mengenal kelebihan dan kekurangan satu-sama lain karena kita benar-benar saling terbuka, karena visi kita jelas “mencari orang yang tepat”. Buat dia malah cara-cara ku terlalu lama dan membuang banyak waktu. Sedangkan aku yang tegas dengan prinsip aku tersebut masih santai diatas desakan-desakannya untuk cepat mengakhiri masa lajang kita berdua. Kepastian untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi (Pernikahan) selalu ia pertanyakan disela-sela obrolan-obrolan kita. Tapi aku yang butuh waktu lebih dianggapnya sebagai tanda-tanda ketidak seriusan dan hanya untuk main-main saja. Yah.. mungkin semua perempuan sama kali yah, “kepastian” itu ibarat Proklamasi kemerdekaan dalam kehidupannya, serasa ada jaminan hukum dan kebebasan hak dan kewajiban terhadap laki-lakinya. Tapi saat itu adalah masa dimana aku merasa belum mampu menuruti kehendaknya memberikan “kepastian” tersebut. 

11 September 2014 
Keinginannya untuk dibuatkan Surat Cinta aku turuti, tepat ketika ia mengikuti Training di Bogor pada waktu itu sebuah Surat Cinta digital berbentuk video dokumentasi aku buatkan khusus untuknya. Sebuah perjalanan cerita kita berdua dari mulai awal berkenalan sampai saling mengagumi satu sama lain aku representasikan dalam kata-kata berlatar foto-foto kita dengan soundtrack lagu “Bawalah pergi cintaku-Afgan”, ku upload di Youtube chnannel pribadi aku dan hanya dia yang bisa melihatnya. 
Menangis katanya, ketika melihat video tersebut, terharu lebih tepatnya. Yah... jika saja kamu sadar bahwa proses pembentukan rasa itu lebih penting dari segalanya maka kamu akan percaya kekuatan yang ada pada diriku ini lebih besar dari apapun. 

11 Oktober 2014 
Memulai itu tidak seindah ketika mengakhiri, apalagi perkara hati dan perasaan. Kamu ungkapkan apa yang menjadi alasan-alasan kamu selama ini, bahwa “kepastian dan keputusan” adalah dewa yang selama ini kamu tunggu-tunggu, dan sama halnya ketika ada “orang lain” yang telah memberi kepastian itu, seperti menemukan oase di tengah gurun. “buat apa menunggu yang gak jelas” itu kata-kata yang lebih tepatnya. Tetapi anehnya, jika dirinya flashback ke belakang dimana cerita-ceritanya dulu sungguh memilukan bersama laki-laki itu, serasa hal yang aku dengar hari ini sungguh tidak mungkin. Ada seorang cewe yang kembali pada orang yang menyakitinya waktu dulu ditengah dia sedang membina hubungan dengan laki-laki lain “its really amazing”. tapi aku cukup sadar bahwa teori JOHARI WINDOWS sedang berlaku di antara kita 

#theendofthestory 
Hanya satu pesanku bahwa, waktu itu singkat tetapi dengan waktu kamu bisa melihat kualitas kepribadian seseorang dengan hukum alamnya. Jadi ingat Pembina OSIS SMA saya dulu yang bilang bahwa “Kualitas Organisasi itu ditentukan oleh waktu, karena hukum alam akan berlaku bagi orang-orang didalam organisasi tersebut, lambat-laun si manja, si pemalas, si sensitif, si pemarah dan sebagainya secara alamiah akan muncul di dalamnya. Dan ingatlah bahwa membina keluarga juga adalah membina organisasi. 

I Wish You All the Best

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com